MERUMUSKAN MASALAH KEBIJAKAN DALAM BIDANG PENDIDIDKN
Home »
PENDIDIDKAN LOMBOK TIMUR
» MERUMUSKAN MASALAH KEBIJAKAN DALAM BIDANG PENDIDIDKN
Merumuskan Masalah Kebijakan dalam Bidang Pendidikan
Dewasa ini sistem pendidikan nasional menghadapi berbagai tantangan yang
cukup besar dan mendasar, terutama dalam konteks pembangunan
masyarakat, negara dan bangsa. Pada era globalisasi ini, tantangan itu
dirasakan sehubungan dengan keadaan dan permasalahan di berbagai bidang
kehidupan yang secara langsung memiliki kaitan dengan sistem pendidikan
nasional. Tantangan ini sesungguhnya bersumber dari dua faktor yang
saling berpengaruh, baik dari faktor luaran (ekstern) maupun faktor
dalam (intern) yang kemudian dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: (1)
Sebagai akibat krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat
mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai;
(2) Untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut
untuk mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar
kerja global; (3) Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, sistem
pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian
sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis,
memperhatikan keberagaman, serta mendorong partisipasi masyarakat.
.
Berdasarkan permasalahan dan tantangannya tersebut, perlu diupayakan
pembaharuan pendidikan nasional. Diantaranya dengan merumuskan masalah
pendidikan secara tepat dengan masalah yang tepat. Keberhasilan dalam
memecahkan suatu masalah memerlukan penemuan solusi yang tepat terhadap
masalah yang juga tepat. Kita lebih sering gagal karena memecahkan
masalah yang salah daripada menemukan solusi yang salah terhadap masalah
yang tepat.
Kebijakan merupakan kondisi yang obyektif yang keberadaannya dapat
diciptakan secara sederhana dengan menentukan fakta apa yang ada dalam
suatu kasus. Pandangan yang naif terhadap sifat masalah kebijakan ini
gagal untuk mengenali bahwa fakta yang sama sebagai contoh, kebijakan
tentang Ujian Nasional sering diinterprestasikan secara sangat berbeda
oleh para pelaku kebijakan. Oleh karena itu, informasi yang tidak
relevan dengan kebijakan dapat dan sering menghasilkan definisi dan
penjelasan yang saling berbenturan. Hal ini terutama bukan karena fakta
mengenai hal tersebut tidak konsisten (dan mereka sering tidak
konsisten), melainkan karena para analis kebijakan, pembuat kebijakan
dan pelaku kebijakan lain mempunyai asumsi-asumsi yang sering
bertentangan tentang sifat manusia dan kemungkinan perubahan sosial
melalui aksi kebijakan. Sehingga masalah kebijakan untuk sebagian hanya
berada dalam penglihatan para pelaku.
Masalah Kebijakan
Masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai atau kesempatan yang tidak
terealisir tetapi dapat dicapai melalui tindakan publik. Informasi
mengenai sifat, cakupan dan kepelikan/keruwetan suatu masalah dihasilkan
dengan menerapkan prosedur analisis-kebijakan dalam memahami masalah.
Perumusan masalah, yang merupakan fase penelitian kebijakan di mana para
analis menelaah berbagai formulasi masalah yang saling berbeda dari
para pelaku kebijakan, tidak dapat dipungkiri merupakan kegiatan yang
paling penting dari para analis kebijakan. Perumusan masalah merupakan
sistem petunjuk pokok atau mekanisme pendorong yang mempengaruhi
keberhasilan semua fase analisis kebijakan dewasa ini.
Ciri penting masalah kebijakan dalam pendidikan antara lain pertama
saling ketergantungan dari masalah kebijakan. Masalah kebijakan di
dalam satu bidang kadang mempengaruhi masalah kebijakan di dalam bidang
lain. Dalam kenyataan, masalahx kebijakan bukan merupakan kesatuan yang
berdiri sendiri; mereka merupakan bagian dari seluruh sistem masalah
yang paling baik diterangkan sebagai messes, yaitu suatu sistem kondisi
eksternal yang menghasilkan ketidakpuasan di antara segmen masyarakat
yang berbeda. Sistem masalah atau messes sulit atau bahkan tidak mungkin
dipecahkan dengan menggunakan pendekatan analitis – yaitu, pendekatan
yang memecahkan masalah ke dalam elemen atau bagian yang menyusunnya –
karena jarang masalah dapat diselesaikan dan dipecahkan secara
sendiri-sendiri. Kedua Subyektivitas dari masalah kebijakan.
Masalah kebijakan pendidikan adalah suatu hasil pemikiran yang dibuat
pada suatu lingkungan pendidikan tertentu; Masalah tersebut merupakan
elemen dari suatu situasi masalah yang diabstraksikan dari suatu situasi
oleh analis. Dalam analisis kebijakan merupakan hal yang sangat penting
untuk tidak mengacaukan antara situasi masalah dengan masalah
kebijakan, karena masalah adalah barang abstrak yang timbul dengan
mentransformasikan pengalaman ke dalam penilaian manusia.
Ketiga, sifat buatan dari masalah. Masalah kebijakan pendidikan
merupakan hasil/produk penilaian subyektif manusia; masalah kebijakan
itu juga bisa diterima sebagai definisi yang sah dari kondisi sosial
yang obyektif dan karenanya masalah kebijakan dipahami, dipertahankan
dan diubah secara sosial. Masalah tidak berada di luar individu dan
kelompok-kelompok yang mendefinisikan, yang berarti bahwa tidak ada
keadaan masyarakat yang alamiah dimana apa yang ada dalam masyarakat
tersebut dengan sendirinya merupakan masalah kebijakan. Terakhir,
dinamika masalah kebijakan pendidikan. Sistem masalah (messes) bukan
merupakan kesatuan mekanis; melainkan sistem yang bertujuan
(teleologis), dimana (1) tidak ada dua anggotanya yang sama persis di
dalam semua atau bahkan setiap sifat-sifat atau perilaku mereka; (2)
sifat-sifat dan perilaku setiap anggota mempunyai pengaruh pada
sifat-sifat dan perilaku sistem secara keseluruhan; (3) sifat-sifat dan
perilaku setiap anggota, dan cara setiap anggota mempengaruhi sistem
secara keseluruhan, tergantung pada sifat-sifat dan perilaku paling
tidak dari salah satu anggota sistem; dan (4) dimungkinkan sub kelompok
anggota mempunyai suatu pengaruh yang tidak bebas atau tidak independen
pada sistem secara keseluruhan…***>>>