Makalah Mutu Pendidikan
Kepemimpinan Mutu Pendidikan; Karakteristik pemimpin
Oleh:
Nama: Hilman
NIM: 16760037
Tugas
UAS Sistem
Penjamin Mutu Pendidikan
UIN
Maulana Malik Ibrohim Malang 2017
Abstrak
Kepemimpinan merupana satu fungsi manajemen yang sangat
pendting baik itu dalam kelompok masyarakat, keluarga, maupun organisasi.
Meskipun demikian ada beberapa macam yang akan pemimpin coba hadapi diantaranya
adalah struktur, koalisi, kekuasaan termasuk juga kondisi lingkungan.
Kepemimpinan akan lebih efektif apabila
tertib administratif. Dalam melaksanakan tugas selalu terkoordinasi dalam
rangka mencapai tujuan.
Kepemimpinan diharapkan mampu membawa individu yang
bergabung untuk mencapai tujuannya sehingga harapan-harapan tercapai dengan
maksimal. Namun kenyataan terjadi saat ini banyak pemimpin yang tidak
menjalankan tugas kepemimpinannya dengan maksimal, tidak tepat sehingga tujuan
organisasi tidak tercapai dengan baik.
Dalam tulisan ini penulis memaparkan arti dan beberapa
pendapat parah ahli tentang kepemimpinan, bagaimana cara mengembangkannya dan
apa-saja model atau karakteristik pemimpin itu. Bagaimana pelaksanaan dan
kepemimpinan dalam perspektif TQM atau MMT dan yang terakhir adalah
kepemimpinan ideal dalam perspektif islam dan juga bagaimana peran pemimpin
pendidikan mutu.
Keyword: Kepemimpinan, Mutu Pendidikan dan Karakteristik Pemimpim.
A. Pendahuluan
Kepemimpinan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan
organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan
olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, mesti terdapat seseorang yang
paling berpengaruh diantara anggota kelompok yang lainnya dan ia dapat
dikatakan sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan sangat tidak efektif dan
efisien manakala tidak mempunyai seorang pemimpin, bahkan sangat dimungkinkan
tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dalam
organisasi menghadapi berbagai macam hal diantaranya adalah struktur, koalisi,
kekuasaan dan termasuk juga kondisi lingkungan. Disamping itu
kepemimpinan juga berfungsi sebagai tempat pemecahan masalah dan persoalan
dalam organisasi. Mengingat arti penting kepemimpinan inilah maka para ahli
memberikan perhatian tersendiri dalam hal kepemimpinan ini (Nusariyanto
2012, Makalah Kepemimpinan dalam TQM).
Kepemimpinan yang
efektif dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan Administratif, yang
berkenaan dengan upaya menggerakkan orang lain supaya melaksanakan tugasnya
secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
administratif berdasarkan perencanaan yang rasional, bukan berdasarkan intuisi,
bertindak berdasarkan pemahaman terhadap masalah-masalah internal dan eksternal
organisasi. Kepemimpinan berdasarkan pada kesadaran diri dan menyadarkan
individu-individu lainnya terhadap tujuan organisasi.[1]
Islam sangat
menekankan arti pentingnya sebuah kepemimpinan sehingga andaikan berkumpul 3
orang atau lebih akan mengadakan suatu perjalanan dianjurkan untuk mengangkat
salah satu diantaranya untuk menjadi pemimpin. Di sisi lain islam juga
memerintahkan untuk mentaati pemimpin selama pemimpinnya mentaati Allah dan
Rasul-Nya (QS. An-Nisa’:59). Begitu pentingnya kepemimpinan dalam islam, hal
ini menunjukkan bahwa efektifitas dan normalitas kegiatan atau bahkan kehidupan
manusia dalam berorganisasi baik dalam sekup kecil maupun besar itu sangat
bergantung pada kepemimpinan.
Kepemimpinan
diharapkan mampu membawa semua individu yang tergabung dalam organisasi
tersebut mampu mencapai tujuan yang semestinya sehingga harapan-harapan dari
para individu terpenuhi secara maksimal. Namun kenyataan yang terjadi saat ini,
banyak pemimpin yang tidak menjalankan tanggung jawabnya secara maksimal, ada
juga yang menjalankan kepemimpinannya namun konsep yang diterapkan tidak tepat
sehingga tujuan-tujuan organisasi tidak tercapai sebagaimana mestinya. Yang
lebih celaka lagi ada pemimpin yang tidak memahami tugas dan fungsinya sebagai
pemimpin sehingga yang terjadi adalah kekacauan organisasi. Masing-masing
elemen berjalan tidak pada fungsi yang semestinya.
Sehingga penting
sekali untuk memhami konsep kepemimpinan yang ideal, terkait siapa
yang mempunyai hak untuk memimpin, bagaimana memimpin, apa hak dan kewajiban
seorang pemimpin agar harapan yang tertumpu pada kepemimpinan ini bisa terwujud
dengan ideal.
Namun konsep
kepemimpinan masih menjadi suatu misteri dan belum ada kesepakatan diantara
para ahli tentang apa sebenarnya kepemimpinan dan bagaimana cara menganalisa
kepemimpinan. Kepemimpinan perlu memadukan beberapa konsep agar kepemimpinan
yang ideal dapat dicapai. Perilaku pemimpin yang positif dan cukup ideal dapat
mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotifasi individu untuk bekerjasama
dalam kelompok dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Konsep
kepemimpinan dalam Manajemen Mutu Terpadu atau Total Quality Managemen adalah
salah satu konsep yang bisa ditawarakan dan akan dibahas dalam makalah ini.
Dengan harapan menjadi solusi dan alternatif kepemimpinan yang ideal. Sehingga
menjadi acuan bagi siapapun yang berperan sebagai pemimpin dalam menjalankan
tugas-tugas kepemimpinannya untuk menjadikan organisasi yang dipimpinya bisa
berjalan efektif dan efisien hinga akhirmya bisa menjapai tujuan-tujuan
organisasi dengan sebaik-baiknya.
B. Kepemimpinan
1. Pengertian
Para
ahli umumnya mengakui kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi dan mengarahkan
orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, hormat dan kerja sama yang
bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Para pemraktik biasanya mendefinisikan
pemimpin sebagai orang yang menerapkan prinsip dan tekhnik yang memastikan
motifasi, disiplin dan produktifitas dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi.[2]
Robbins
(1991) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.[3]
D.E.
McFarlan (1978) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana
pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.[4]
Sutisna
(1993) dalam Mulyasa merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam
situasi tertentu. Mulyasa juga menyebutkan bahwa menurut Supardi (1998)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi,
memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh,
memerintah, melarang, dan bahkan menghukum bila perlu, serta membina dengan
maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai
tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Dari
beberapa definisi dapat kita simpulkan bahwa inti dari kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menggerakkan bawahannya untuk melakukan sesuatu agar tujuan
dari organisasi tercapai dengan maksimal. Dengan memanfaatkan manajemen yang
disesuaikan dalam setiap situasi dan kondisi real lapangan.
2. Mengembangkan
Kepemimpinan.
Kemampuan
kepemimpinan penting untuk senantiasa di upgread agar up to date dengan kondisi
dan persoalan yang dihadapi. Banyak cara dan langkah untuk mengembangkan
potensi kepemimpinan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Keterbukaan
dan interaksi.
2) Merawat.
3) Kualitas
melawan kuantitas.
4) Pendelegasian.
3. Gaya
Kepemimpinan.
Gaya
kepemimpinan amat sangat beragam, menyerupai sidik jari. Artinya bahwa
antara satu dengan yang lainnya tidak sama. Masing-masing mempunyai ke-khas-an
dan keunikannya sendiri. Seseorang yang mempelajari gaya kepemimpinan harus
bisa memilah dan memilih mana yang pas dan yang cocok dengan kondisi dirinya
untuk diterapkan.
Gaya
kepemimpinan adalah langkah dan cara yang digunakan oleh pemimpin dalam rangka
berinteraksi dengan bawahannya. Diantara gaya kepemimpinan tersebut adalah:
1) Kepemimpinan
Otokratis. Yaitu pemimpin mengambil keputusan tanpa tanpa melibatkan bawahan
yang akan melaksanakannya. Kepemimpinan ini disebut juga dengan kepemimpinan
diktator.
2) Kepemimpinan
Demokratis. Penganut gaya ini, seorang pemimpin melibatkan karyawan yang akan
melaksanakan dalam membuat kebijakan atau keputusan. Namun gaya kepemimpinan
ini sering kali menghasilkan keputusan populer (disenangi banyak orang),
terkadang keputusan seperti ini tidak tepat sasaran, karena pertimbangan takut
tidak disukai.
3) Kepemimpinan
Partisipatif. Dalam gaya ini pemimpin pemimpin amat sedikit sekali
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan
informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota
tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah
mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Dengan asumsi bahwa mereka akan
lebih siap menerima tanggung jawab karena mereka diberdayakan untuk
mengembangkannya.
4) Kepemimpinan
Berorientasi pada Tujuan. Gaya kepemimpinan ini, pemimpin akan meminta
anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada. Hanya
strategi yang menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur dalam mencapai
tujuan organisasilah yang dibahas. Pengaruh kepribadian dan faktor lainnya yang
tidak berhubungan dengan tujuan organisasi tertentu diminimumkan.
5) Kepemimpinan
Situasional. Gaya kepemimpinan ini sering juga disebut dengan kepemimpinan
tidak tetap (fluid) atau kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini
adalah bahwa tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap manajer
dalam segala kondisi. Oleh katena itu gaya kepemimpinan ini akan menerapkan
gaya tertentu dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut: pemimpin, pengikut
dan situasi. Ketiga faktor ini adalah variabel yang saling berhubungan yang
dikenal dengan istilah hukum situasi (law of the situation).[5]
6) Kepemimpinan
tranformasional adalah sebuah proses yang padanya para pemimpin dan pengikut
saling meningkatkan moralitas dan motivasi ke arah yang lebih tinggi . Para
pemimpin tersebut mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan
menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti
kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi, misalnya
keserakahan, kecemburuan atau kebencian.[6]
Apapun gaya kepemimpinan yang akan di
aplikasikan tentunya harus berdasarkan pada pendekatan ilmu prilaku dan
efektifitas kepemimpinan yang sudah teruji. Menurut Richard I. Lester[7]
dalam Dale Timpe ciri-ciri pemimpin perusahaan yang baik adalah sebagai
berikut:[8]
1) Rasa
tanggung jawab
2) Kompetensi
teknis dan profesional.
3) Kegairahan.
4) Ketrampilan
komunikasi
5) Standar
etika yang tinggi
6) Keluwesan
7) Pandangan
kedepan
Sehingga bagi siapapun pemimpin yang akan
mengadopsi gaya kepemimpinan mesti memperhatikan 7 hal yang disebutkan oleh
Richard I. Lester diatas, agar kepemimpinannya bisa berjalan dengan baik.
Mengingat bahwa kondisi dan situasi berbeda maka membutuhkan gaya dan teori
kepemimpinan yang berbeda pula. Tentu tidak bisa dilakukan seragamisasi,
artinya gaya kepemimpinan demokrasi yang terbaik, maka harus diterapkan dalam
organisasi apapun, atau semua organisasi harus menerapkan gaya kepemimpinan
partisipatif misalnya, karena di organisasi A telah diterapkan dan berhasil.
C. Total
Quality Management (TQM)/Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
Total Quality Management disingkat
menjadi TQM, yang artinya: manajemen mutu terpadu, adalah sebuah konsep yang
menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang
berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasaan pelanggan.Menurut
Edward Sallis, manajemen
mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) adalah suatu keinginan
untuk selalumencoba mengerjakan segala sesuatu dengan selalu baik sejakawal.
Lebih ringkasnya lagi Sallis mengatakan bahwa secara
filosofinya TQM adalah sebuah perbaikan secara terus-menerus yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya untuk saat ini dan
masa yang akan datang.[9]
Pada
mulanya TQM ini diterapkan dalam dunia bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan
mutu dari sebuah bisnis. Kemudian TQM ini diterapkan pada dunia pendidikan.
Yang pada awalnya Manajemen mutu dalam dunia pendidikan lebih populer dengan
sebutan istilah TQE (Total Quality Education).
Manajemen pendidikan mutu
terpadu berlandaskan pada kepuasan pelanggan sebagai sasran utama, baik
pelanggan dalam (Internal Customer) maupun pelanggan luar (External
Customer). Dalam dunia pendidikan, yang termasuk pelanggan adalah penglola
institusi pendidikan, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan
pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi suatu
institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan
eksternal telah terjalin kupuasan atas jasa yang diberikan.
Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan
sebagai industri jasa, harus memenuhi standar mutu. Institusi dapat disebut
bermutu dalam konsep TQM, harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Secara operasional, mutu ditentukan oleh faktor terpenuhinya spesifikasi yang
telah ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan
menurut tuntutan dan kebutuhan pengguna jasa. Mutu yang pertama disebut Quality
In Fact (mutu sesungguhnya) dan yang kedua disebut Quality In Perception
(mutu persepsi).
Beranjak dari pembahasan tersebut, menurut sallis
dalam operasi TQM dalam pendidikan sada beberapa hal pokok yang perlu
diperhatikan:
1. Perbaikan Secara Terus
Menerus (Continuous Improvement).
Konsep ini mengandung pengertian bahwa pihak pengelola
senantiasa melakukan berbagai perbaikan dan peningkatan secara terus menerus
untuk menjamin semua komponen penyelenggara pendidikan telah mencapai standar
mutu yang diterapkan.
2. Menentukan Standar Mutu
(Quality Assurance)
Paham ini digunakan untuk menetapkan standar-standar
mutu dari semua komponen yang bekerja dalam proses produksi atau transformasi
lulusan institusi pendidikan.
3. Perubahan Kultur (Change
Of Culture)
Konsep ini bertujuan membentuk budaya organisasi yang
menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen
organisasional.
4. Perubahan Organisasi (Upside-Down
Organization)
Jika visi dan misi, serta tujuan organisasi sudah
berubah atau mengalami perkembangan, maka sangat dimungkinkan terjadinya
perubahan organisasi. Perubahan organisasi ini bukan berarti perubahan wadah
organisasi, melainkan sistem atau struktur organisasi yang melambangkan
hubungan-hubungan kerja dan kepegawaian dalam organisasi, yang menyangkut
perubahan kewenangan, tugas-tugas dan tanggung jawab.
5. Mempertahankan Hubungan
Dengan Pelanggan (Keeping Close To The Customer)
Karena organisasi pendidikan menghendaki kepuasan pelanggan, maka perlunya
mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan menjadi sangat penting. Dan inilah yang
dikembangkan dalam unit Public Relation.
D.
Kepemimpinan Dalam Perspektif MMT/TQM Pendidikan
Dalam perspektif TQM, definisi kepemimpinan yang
diberikan oleh Goetsch dan Davis (1994) adalah kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab
total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan organisasi.[10]
Sehingga kepemimpinan didasarkan pada filosofi bahwa
perbaikan metode dan proses kerja secara berkesinambungan akan dapat
memperbaiki kulitas, biaya, produktifitas, dan pada gilirannya juga
meningkatkan daya saing. Filosofi ini pertama kali dikemukakan oleh Deming yang
menyatakan bahwa setiap perbaikan metode dan proses kerja akan memberikan rangkaian
hasil sebagai berikut: (a) perbaikan kualitas, (b) penurunan biaya, (c)
peningkatan produktifitas, (d) penurunan harga, (e) peningkatan pangsa pasar,
(f) lapangan kerja yang lebih luas.[11]
Seorang pemimpin mutu didefinisikan sebagai orang yang
mengukur keberhasilannya dengan keberhasilan individu-individu di dalam
organisasi. Keterlibatan semua unsur manajemen dalam organisasi dalam mencapai
tujuan secara bersama-sama, merupakan upaya yang dilakukan, sehingga tidak ada
seorang pun anggota dalam organisasi yang tidak sukses salam menjalankan fungsi
dan tugasnya. Pemberdayaan yang maksimal, bukan eksploitasi bawahan, sehingga
masing-masing menjalankan fungsi dan tugasnya secara suka rela dan kesadaran
yang tinggi akan tanggung jawabnya.[12]
Kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi
adalah kepemimpinan Administratif, yang berkenaan dengan upaya menggerakkan
orang lain supaya melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan administratif berdasarkan perencanaan
yang rasional, bukan berdasarkan intuisi, bertindak berdasarkan pemahaman
terhadap masalah-masalah internal dan eksternal organisasi. Kepemimpinan
berdasarkan pada kesadaran diri dan menyadarkan individu-individu lainnya
terhadap tujuan organisasi.[13]
Joseph M. Juran menyatakan bahwa kepemimpinan yang
mengarah kepada kualitas meliputi tiga fungsi manajerial,[14]
yaitu:
1.
Perencanaan kualitas; fungsi ini meliputi
langkah-langkah: identifikasi pelanggan, identifikasi kebutuhan pelanggan,
mengembangkan produk berdasarkan kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan
proses kerja untuk menghasilakan produk yang memenuhi atau melampaui harapan
pelanggan, dan mengubah hasil perencanaan ke dalam tindakan nyata.
2.
Pengendalian kualitas; langkah-langkah dalam fungsi
ini adalah: evaluasi kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan
tujuan, dan melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang
ada.
3.
Perbaikan kualitas; langkah-langkahnya: membenruk
infrastruktur untuk perbaikan kualitas secara berkesinambungan, identifikasi
proses atau metode yang membutuhkan perbaikan, membentuk tim yang bertanggung
jawab atas proyek perbaikan tertentu, dan menyediakan sumber daya dan pelatihan
yang dibutuhkan tim perbaikan tersebut agar dapat mendiagnosis masalah dan
mengidentifikasi penyebabnya, menemukan pemecahannya, dan melakukan perbaikan
terhadap masalah tersebut.
Kepemimpinan pendidikan
mutu dalam memiliki peran yang sangat penting dalam kaitannya dengan
pemberdayaan guru dan para staff untuk bekerja sama dalam satu tim yang solid.
Dengan demikian seorang pemimpin pendidikan mutu harus memiliki kriteria sebagai
berikut:
1.
Melibatkan para guru dan seluruh staff dalam aktivitas
penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah, prinsip-prinsip mutu
dan kontrol proses.
2.
Meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan
tentang bagaimana menjalankan tugas dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana
seharusnya bersikap.
3.
Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen
untuk membantu pengembangan dan meningkatkan komitmen mereka.
4.
Menanyakan pendapat Staff tentang sistem dan prosedur
mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada pelanggan
(pelajar, orang tua maupun partner kerja).
5.
Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak
sesuai dengan manajemen dari atas ke bawah (top-down).
6.
Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan
tenaga profesional langsung pada guru dan pekerja teknis.
7.
Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan
kontinyu diantara setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
8.
Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta
negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik.
9.
Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua
jawaban bagi setiap masalah dan tanpa merasa rendah diri.
10. Menyediakan materi
pembelajaran konsep mutu. Seperti membangun tim, manajemen proses, layanan
pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan.
11. Memberikan teladan yang
baik.
12. Belajar berperan
sebagai pelatih, bukan sebagai BOS.
13. Memberikan otonomi dan
berani mengambil resiko.
14. Memberikan perhatian
yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi pelanggan internal dan eksternal.
E.
Pemimpin Ideal dalam
meningkatkan mutu pendidikan Islam
Islam sebagai agama yang universal yang mengajarkan kepada
umatnya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan aspek duniawi dan ukhrawi,
dalam hal ini memberikan tuntunan dan arahan kepada manusia tentang persyaratan
yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya.
Untuk mencapai kesuksesan kepemimpinan pada lembaga
pendidikan Islam maupun kesuksesan dalam interaksi social dengan orang lain, terutama
para bawahan, seorang pemimpin dituntut memiliki sifat-sifat ideal yang
bervariasi. Idealnya sifat-sifat yang baik dapat terkumpul pada diri seorang
pemimpin,sehingga dapat memberikan jaminan perbaikan suatu lembaga pendidikan
Islam yang dikendalikannya.
Ali
Muhammad Taufiq menjelaskan macam-macam sifat kondusif yang harus dimiliki oleh
pemimpin berikut ini :
1. Memiliki pengetahuan dan kemampuan
yang cukup untuk mengendalikan lembaganya
2. Mempungsikan keistimewaan yang lebih
dibanding orang lain (QS Al Baqarah :247)
3. Memahami kebiasaan dan bahasa orang
yang menjadi tanggung jawabnya (QS Ibrahim : 4)
4. Mempunyai karisma dan wibawa dihadapan
manusia atau orang lain (QS hud : 91)
5. Konsekuen dengan kebenaran dan tidak
mengikuti hawa nafsu (QS Shad : 26)
6. Bermuamalah dengan lembut dan kasih
saying terhadap bawahannya agar orang lain simpatik kepadanya (QS Ali Imran
:159)
7. Menyukai suasana saling memaafkan
antara pemimpin dan pengikutnya serta membantu mereka agar segera terlepas dari
kesalahan (QS Ali Imran : 159)
8. Bermusyawarah dengan para pengikut
serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka (QS Ali Imran : 159)
9. Menertibkan semua urusan dan
membulatkan tekad untuk bertawakal kepada Allah swt (QS Ali Imran : 159)
10. Membangun kesadaran akan adanya
pengawasan dari Allah swt (Muraqabah) sehingga terbina sikap ikhlas dimanapun
kendati tidak ada yang mengawasi kecuali Allah swt.
11. Memberikan santunan sosial (Takaful
‘ijtima) kepada para anggota sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial yang
menimbulkan rasa dengki dan perbedaan strata social yang merusak (QS Al Hajj
:41)
12. Mempunyai power dan pengaruh yang
dapat memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan control
pengawasan atas pekerjaan anggota, meluruskan kekeliruan,serta mengajak mereka
untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran (QS Al Hajj : 41)
13. Tidak membuat kerusakan dimuka bumi
serta tidak merusak ladang, keturunan dan lingkungan (QS Al Baqarah : 205)
14. Bersedia mendengar nasihat dan tidak
sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh ( QS
Al Baqarah : 206 ).[15]
Selain itu, persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap
pemimpin ideal dalam islam meliputi:
1) Berpengetahuan luas, kreatif,
inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap. Hal tersebut sebagaimana
diterangkan dalam (Q. S. Al- Mujadalah : 11)
2) Bertindak adil, jujur dan konsekuen.
Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. An-Nisa : 58)
3) Bertanggung jawab. Hal tersebut
sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Al-An am : 164)
4) Selektif terhadap informasi. Hal
tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Al-Hujarat: 6)
5) Memberikan peringatan. Hal tersebut
sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Az-Zariat: 55).
6) Memberikan petunjuk dan pengarahan.
Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. As-Sajadah : 24)
Adanya persyaratan yang merupakan
sifat yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin tersebut adalah untuk
menggerakkan organisasi agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan
visi dan misi yang menjadi tujuannya dan untuk menghindari terjadinya
penyelewengan dan perilaku amoral dalam organisasi.Biasanya upaya menggerakkan
organisasi tersebut dilakukan dengan cara memotivasi orang lain untuk melakukan
tindakan sesuai dengan target pencapaian tujuan organisasi.
Dalam kegiatan menggerakkan atau
memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu
terarah pada pencapain tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh
pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang
yang dipimpinnya, yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (type)
kepemimpinan yang dijalankannya.
F. Peran Pemimpin Pendidikan Mutu.
Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi
pemimpin pendidikan mutu. Menurut peters dan Austin sebagaimana pemimpin
pendidikan mutu harus memiliki perspektif dibawah ini:[16]
1. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan
nilai-nilai institusi kepada para staf, pelajar dan komunitas yang lebih luas.
Manajer harus memberi arahan, visi dan inspirasi. Mentalitas yang menganggap
dirinya bos harus dirubah menjadi pendukung dan pemimpin staf.
2. Dekat dan untuk pelanggan pendidikan,
yakni pelajar. Hal ini mencerminkan bahwa institusi memiliki focus yang jelas
terhada pelanggan utamanya.
3. Pemimpin harus melakukan inovasi
diantara stafnya dan bersiap mengantisipasi kegagalan yang merintangi inovasi
tersebut.
4. Menciptakan rasa kekeluargaan
5. Memiliki sifat-sifat personal yang
dibutuhkan, yaitu ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme.
Pemimpin pendidikan mutu memiliki
fungsi utama dalam manajemen mutu di sekolah, diantara fungsi utama tersebut
adalah sebagai berikut:[17]
1. Penjaga visi mutu terpadu bagi
institusi.
2. Motivator bagi seluruh struktur
organisasi disekolah untuk berkomitmen terhadap proses peningkatan mutu.
Komitmen memerlukan antusiasme dan tak henti terhadap pemberdayaan mutu, selalu
menghendaki kemajuan dengan metode dan cara yang baru Mengkomunikasikan pesan
mutu.
3. Memastikan kebutuhan pelanggan
menjadi pusat kebijakan dan praktek intitusi.
4. Mengarahkan perkembangan karyawan.
5. Memimpin inovasi dalam institusi.
6. Mampu memastikan bahwa struktur
organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggung jawab dan mampu
memersiapkan delegasi yang tepat.
7. Memiliki komitmen untuk
menghilangkan rintangan, baik organisasional maupun Kultural.
8. Membangun tim yang efektif.
9. Mengembangkan mekanisme yang tepat
untuk mengawali dan mengevaluasi kesuksesan
Daftar Pustaka
Dale Timpe, Kepemimpinan (Leadership), Seri Manajemen
Sumber Daya Manusia, PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2002.
Dale Timpe, Kepemimpinan (Leadership), Seri Manajemen
Sumber Daya Manusia, PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2002.
Edward Salis, Total Quality Management in Education,
Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, Ircisod: Yogyakarta, 2008.
-----------------, Total Quality Management in
Education, Yogyakarta: IRCiSoD, 2015.
Fandy Tjipto &
Anastasya Diana, Total Quality Management,
Edisi Revisi, Andi Offset: Jogjakarta, 2001.
Ia adalah Direktur
Educational Plans anf Programs, Leadership and Management, Development Center,
Air University, Maxwell AFB, Alabama
Jerome Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka Pelajar,
Jogjakarta: Arcaro, 2005.
Oemar Hamalik, Psikologi Manajemen, Trigenda Karya:
Bandung, 1993.
Qomar Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Erlangga:
Jakarta, cet.1, 2007.
Sallis Edward, Total Quality Management in Education,Manajemen
Mutu Pendidikan, IRCiSoD: Jogjakarta, cet.iv, 2006.
Sudarman Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, PT. Bumi
Aksara, Jakarta, 2007.
[1]Oemar Hamalik, Psikologi Manajemen, (Trigenda Karya:
Bandung, 1993), hlm. 32
[2]Dale Timpe, Kepemimpinan (Leadership), Seri Manajemen
Sumber Daya Manusia, (PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2002), hlm.
181-182
[3]Fandy Tjipto &
Anastasya Diana, Total Quality Management,
Edisi Revisi, (Andi Offset: Jogjakarta,2001), hlm. 152
[4]Sudarman
Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah,
(PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2007), hlm. 204
[5]Fandy
Tjipto & Anastasya Diana, Total
Quality Management, hlm. 161-163
[6]Sallis
Edward, Total Quality Management in
Education,Manajemen Mutu Pendidikan, (IRCiSoD: Jogjakarta, cet.iv, 2006), hlm.
173
[7]Ia
adalah Direktur Educational Plans anf Programs, Leadership and Management,
Development Center, Air University, Maxwell AFB, Alabama
[8]Dale
Timpe, Kepemimpinan (Leadership), Seri
Manajemen Sumber Daya Manusia, (PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2002),
hlm. 184-185
[10]Fandy
Tjipto & Anastasya Diana, Total
Quality Management, hlm.152
[11]Fandy
Tjipto & Anastasya Diana, Total
Quality Management, hlm.157
[12]Jerome
Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Pustaka
Pelajar, (Jogjakarta: Arcaro, 2005), hlm.18
[13]Oemar
Hamalik, Psikologi Manajemen, (Trigenda
Kary: Bandung, 1993), hlm. 32
[15]Qomar
Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam,
(Erlangga: Jakarta, cet.1, 2007), hlm. 89
[16]Edward
Salis, Total Quality Management in
Education, Alih Bahasa oleh Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi, (Ircisod:
Yogyakarta, 2008), hlm.
170